komunikasi efektif
Self Development

Menciptakan Komunikasi Efektif Untuk Batasan Yang Sehat

Setelah panjang lebar kita membicarakan tentang bagaimana batasan yang sehat. Kini kita bisa mulai menerapkan komunikasi efektif agar batasan sehat tercipta di setiap hubungan yang kita jalin.

Pokoknya inti dari batasan pribadi adalah keberanian untuk mengatakan yang sebenarnyaApalagi untuk orang-orang dengan high-functioning, hambatan besarnya adalah ketika mengungkapkan kebenaran.

Sama seperti ketika kita berhubungan dengan batasan berdasarkan apa yang kita saksikan dan alami saat masih kecil. Kita juga belajar cara berkomunikasi berdasarkan gaya komunikasi dan budaya keluarga masing-masing.

Studi Kasus : Orang dengan Batasan yang Tidak Sehat Dimulai dari Komunikasinya yang Tidak Efektif

Contohnya saja Terri Cole yang hidup dengan keluarga yang membiasakan hidupnya untuk tidak mengatakan hal-hal negatif. Hal-hal negatif itu laksana doa dan tabu untuk dibicarakan.

Bahkan ketika terjadi ketegangan dalam lingkup keluarga sering kali diredakan dengan pernyataan-pernyataan untuk mengalihkan permasalahan, seperti :

Kamu ingin telur orak-arik atau didadar? atau

Hari ini indah ya?

Akibatnya banyak sekali perasaan yang terlupakan atau memang sengaja dilupakan. 

Akhirnya ketika berpacaran, Terri Cole sempat merasa frustasi ketika pacarnya tidak bisa membaca pikirannya. Ia langsung menganggap bahwa tidak bisa membaca pikiran berarti tidak mencintainya.

Ada yang seperti ini ngga sih? Sepertinya banyak di antara kita yang mengalami hal-hal seperti di atas ya.

menciptakan komunikasi efektif

Padahal sebenarnya dirinya sendiri sedang frustasi karena tidak tahu bagaimana mengekspresikan diri sepenuhnya. Jadi seringkali kita menyalahkan orang lain dan sebagai seorang high functioning codependent, kebencian tersebut menumpuk dengan cepat.

Namun di satu titik, kita tahu harus membuat keputusan untuk berkomunikasi dengan lebih baik, terlepas dari apa yang dilakukan oleh orang lain pada kita.

Nyatanya, hanya ada dua jenis komunikasi. Yaitu komunikasi efektif dan tidak efektif.

Jika tujuanmu adalah memiliki batasan yang sehat, komunikasi yang efektif adalah cara yang tidak boleh kamu tinggalkan.

Lalu apakah wawasan dan keterampilan lain tidak penting? Tentu saja itu penting, namun komunikasi efektif adalah yang nomor satu.

Komunikasi Tidak Efektif

Komunikasi tidak efektif bersifat tidak lansung. Kita bisa menjadi pasif, pemalu, misterius, aau pendiam. Kita bisa menjadi marah, antagonistik, galak, atau bahka agresif.

Apapun bentuk komunikasi tidak efektif adalah ketika kita tidak menyatakan apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan cara yang benar-benar dapat dimengerti oleh orang lain. Ini biasanya akan membuat orang lain bingung, cemas, jengkel, hingga salah paham.

Dalam komunikasi yang tidak efektif, pembicaraan kita akan berisiko berubah menjadi kebingungan. Salah satu lawan bicara kita, begitu juga dengan diri kita sendiri merasa seperti harus memecahkan sandi rahasia tanpa buku kode. Tidak akan ada yang menang.

meminimalisir komunikasi tidak efektif

Lalu apa yang harus kita lakukan? Tenang, tidak ada komunikasi yang 100% efektif dan tidak efektif. Namun kita bisa melakukan evaluasi diri dan mulai membiasakan berkomunikasi dengan efektif.

Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif bersifat langsung dan to the point. Tanpa menyisakan keraguan tentang apa yang kamu maksud. Kamu tegas tapi tidak agresif dan tidak juga pasif.

Ketika kita belajar untuk menggunakan komunikasi efektif, coba rasakan deh bahwa nantinya ketakutanmu untuk menyatakan apa yang sebenarnya kamu inginkan akan hilang, dan kamu dapat membuat permintaan sederhana seperti :

“Maaf, ini jam kerja. Aku punya permintaan sederhana untukmu : jangan ganggu aku saat jam kerja ya.”

Hal ini jelas tersampaikan maksud kita apa dan kita juga terbuka terhadap apapun tanggapan orang lain. Yang terpenting, kita sudah mampu mengungkapkan perasaan “terganggu” yang sebenarnya.

Bayangkan jika kita memendamnya lama sekali, terus menerus dipendam, suatu saat kemarahan kita akan menumpuk dan bisa saja meledak di mana saja suatu saat nanti. Jangan sampai terjadi yaaa! Ungkapkan, tanpa kode-kode atau pernyataan tersirat. Buatlah segalanya menjadi jelas dan orang lain paham apa yang sebenarnya kita inginkan.

Komunikasi efektif memang harusnya berlangsung dua arah, agar lawan bicara kita memahami apa yang kita inginkan dan kita juga bisa belajar untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat.

Konsep mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian juga menjadi salah satu cara komunikasi efektif yang bermanfaat untuk diri sendiri juga.

keterampilan mendengarkan

Komunikasi efektif juga meliputi hal-hal seperti : kita memperhatikan kebutuhan dan perspektif orang lain melalui mendengarkan, jadi tidak hanya menunggu momen di mana kita bisa menyisipkan pendapat kita.

Tahu kan ada orang yang tidak benar-benar mendengarkan kita karena sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan apa lagi yang dapat mereka ceritakan selanjutnya.

Komunikasi efektif ini bergantung pada pengetahuan kita terhadap perasaan diri sendiri dan juga belajar untuk responsif, bukan reaktif. Coba kita lihat bagaimana perkembangan setelah mulai belajar untuk berkomunikasi dengan efektif. Pasti akan ada perkembangan dalam hidup kita yang tidak akan kita sangka-sangka.

Hidup kita akan lebih terbuka, pikiran pun tak mudah kusut, berikut dengan permasalahan yang mungkin saja akan cepat mendapatkan solusinya. Jadi, yuk mulai sekarang belajar mengemukakan perasaanmu dengan jelas, lugas dan to the point, jauhi kode-kodean yang tidak dimengerti oleh orang lain.

Alih-alih dicap sebagai orang misterius, bukankah lebih baik dikenal sebagai orang yang supel dan mudah bergaul? Meskipun tentu saja semuanya memiliki batasan yang jelas dan sehat dari apa yang sudah kita tetapkan.

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *