Mengenali Karakteristik Generasi Z dan Parenting Digital
Kalau dipikir-pikir, sudah sejauh apa sih kita mengenal generasi Z? Apakah kita benar-benar sudah mengetahui karakteristik generasi Z? Atau jangan-jangan kita hanya tahu permukaannya saja?
Nah, kalau kita lihat nih, karakteristik Generasi Z jelas berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Namun, apakah kita pernah mempertimbangkan bagaimana dunia tempat mereka tumbuh dan teknologi yang mengelilinginya dapat membentuk cara mereka belajar?
Sebagai generasi yang lahir antara tahun 1995-2010, Gen Z tertua sudah berusia 24-25 tahun saat ini dan yang termuda berusia 9-10 tahun.
Orang-orang yang berada dalam rentang kelompok demografi ini memiliki karakteristik-karakteristik kunci yang mendefinisikan seperti apa generasi Z itu.
Karakteristik Generasi Z
Berikut beberapa karakteristik yang menonjol :
1. Penduduk Digital atau Digital Native
Generasi Z ini adalah generasi yang tidak pernah berurusan dengan internet dial up atau telepon seluler sebesar batu bata. Apakah dari pembaca ada yang pernah mengalami telepon seluler sebesar itu?
Generasi Z tumbuh dengan pemahaman bahwa mereka dapat berbicara dengan siapa pun di seluruh dunia dalam waktu singkat melalui berbagai jaringan media sosial. Itulah yang telah mereka lakukan sepanjang hidup mereka.
Kalau kata R.D Asti dalam bukunya Parenting 4.0;
Bagi generasi ini, barang-barang elektronik yang merupakan kemewahan bagi orangtua dan kakak-kakaknya, selalu menjadi kebutuhan untuk hidup di dunia modern. Fasilitas dengan teknologi ini kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan seluruh generasi. Begitu juga generasi Z, mereka disebut juga penduduk neo-digital.
Perbedaan antara gen Z dan pendahulunya dalam hal ini amatlah jelas. Setiap generasi sebelumnya melihat perubahan dari analog ke digital.
Generasi Z juga menjadi generasi pertama yang mengalami kemajuan teknologi yang sungguh luar biasa di abad ke-20 sebagai bagian kehidupan yang normal.
2. Berfokus Secara Finansial
Ketika berbicara soal pekerjaan, keuangan atau finansila, Generasi Z sudah memasuki dunia kerja dengan memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Tidak seperti generasi milenial yang merasa perlu mencintai apa yang meeka kerjakan.
Generasi Z ini memahami pekerjaan sebagai hal yang dilakukan untuk alasan keuangan. Mereka akan siap menerima pekerjaan yang memberikan penghasilan tetap dan tunjangan yang diperlukan bahkan jika itu bukan pekerjaan impian mereka.
Fokus Generasi Z pada finansial bisa jadi merupakan hasil sampingan ketika melihat keadaan keuangan orangtuanya (generasi X) yang kehilangan banyak yang dalam waktu singkat pada krisis moneter global yang terjadi tahun 2007-2008. Mereka menyaksikan seberapa cepat uang itu bisa hilang, sehingga tindakan yang didorong oleh finansial memengaruhi keputusan mereka.
3. Menerima Perbedaan
Walaupun dunia cenderung terlihat menakutkan, generasi Z yang mayoritas adalah anak-anak muda yang mampu bersikap terbuka dan menerima. Contoh yang paling nyata adalah persoalan hak-hak kaum LGBT atau yang lainnya.
Meskipun persoalan ini sangatlah sensitif dan banyak orang yang tidak menerima itu semua, generasi Z di Indonesia bersifat lebih fleksibel dan menerima perbedaan.
Toleransi terhadap perbedaan selalu menjadi default dari generasi Z, walaupun pandangan politik mereka berbeda-beda dan cenderung konservatif secara ekonomi.
Kehidupan generasi Z menjadi benar-benar heterogen dan begitulah kehidupan mereka.
4. Menyadari Akan Pentingnya Kesehatan
Hayoo, siapa di sini yang orangtuanya masih susah sekali diajak untuk berobat atau checkup rutin?
Berbeda dengan generasi milenial apalagi boomers, generasi Z sudah mengetahui informasi hoax dan mana yang fakta tentang nutrisi yang baik untuk tubuhnya. Mereka jadi lebih aware dengan kondisi kesehatan tubuhnya, memperhatikan asupan makanan, berlomba-lomba untuk berolahraga secara rutin, dan terlebih mereka lebih mempercayai dokter ketimbang yang disebut sebagai “orang pintar” lainnya.
5. Menghargai Privasi
Jika kita melihat bagaimana media sosial begitu kejam dan meninggalkan jejak digital yang tidak bisa dihapus, generasi Z merasa ini menjadi ancaman bagi mereka. Karena generasi Z tumbuh dengan pemahaman yang tajam tentang batas antara ruang publik dan pribadi dalam pengaturan online.
Sebagai hasilnya, mereka menjaga privasi mereka dengan hati-hati. Ini barangkali salah satu alasan mengapa generasi Z tidak terlalu berminat pada media sosial yang tidak bisa menjaga privasi dan interaksi mereka.
6. Memiliki Batas yang Jelas
Batas antara masa kanak-kanak dan dewasa telah banyak berubah selama seratus tahun terakhir. Satu abad yang lalu, Perang Dunia I membuat para remaja pria (rata-rata berusia di bawah 20 tahun) harus pergi berperang. Namun usia mereka masih dianggap belum cukup dewasa untuk memberikan hak suara dalam pemilihan umum.
Dalam paruh pertama abad ke-20, jumlah remaja putri yang sudah menikah dan memiliki anak terus meningkat sampai puncaknya di tahun 1952. Kebanyakan perempuan melahirkan anak pertamanya sebelum usia 20 tahun.
Adapun generasi Z, tidak meninggalkan pendidikan sampai mereka setidaknya berusia 18 tahun, dan sebagian besar di antara mereka akan melanjutkan ke universitas. Jumlah remaja perempuan dalam generasi Z yang menikah dan punya anak cenderung rendah.
Ada beberapa karakteristik Generasi Z lainnya seperti generasi yang kompetitif, menikmati percakapan di manapun dan menggunakan apa saja, dan juga disebut-sebut sebagai generasi yang siap untuk menyambut perubahan di dunia yang serba cepat ini.
Nanti akan kita bahas lebih lengkap di artikel selanjutnya yaa. Yang jelas, setelah mengetahui karakteristik generasi Z ini harapannya kita bisa tahu bagaimana cara menghadapi mereka dan bagaimana bisa membersamai mereka menjadi generasi yang diharapkan menjadi tumpuan di masa depan.
Baca juga tentang bagaimana generasi Z di rumah maupun di sekolah di sini yuk!
One Comment
Vita
Wih mantul nih jadi lebih tahu Gen Z kayak gimana. Jadi mengurangi asumsi yang nggak-nggak saat berinteraksi dengan Gen Z. Thank you Mbak Jihan..