Keluarga

Stereotip Generasi Z Yang Perlu Orangtua Ketahui

Dengan informasi tanpa batas di ujung jari, Generasi Z memiliki banyak pengetahuan dan paparan terhadap beragam topik. Mereka memiliki pengetahuan yang luas, terus mencari ide dan pengalaman baru. Generasi Z juga akan mengubah arah tanpa berpikir dua kali, membuat generasi pendahulunya menggeleng-gelengkan kepala ketika mencoba untuk mengikuti.

karakteristik generasi Z

Stereotip Generasi Z

Stereotip adalah karakterisik yang dilekatkan pada suatu kelompok karena perilaku, ras, kebangsaan, orientasi seksual dan sebagainya (dalam Parenting 4.0).

Karakteristik yang dilekatkan tersebut cenderung menyederhanakan fakta sehingga stereotip tidak selalu akurat. Walaupun ada orang-orang yang benar-benar melakukan apa yang dianggap sebagai stereotip, mereka tidak selalu mewakili semua orang dalam kelompok tersebut.

Berikut adalah beberapa stereotip generasi Z yang melekat pada generasi Z dan perlu orangtua ketahui :

1. Malas, Apatis dan Tidak Pedulian

Banyak orang di dunia ini cenderung melihat generasi z sebagai kelompok usia yang malas dan juga apatis. Meskipun dianggap sebagai jagoan multi-tugas pada saat yang sama mereka juga diberi label oleh generasi-generasi pendahulunya sebagai generasi pemalas, tidak pedulian, dan apatis.

Generasi Z juga seringkali dianggap kurang peduli pada banyak isu, terutama politik, dan juga memiliki sedikit perhatian pada masalah-masalah yang dihadapi generasinya, serta lebih tertarik pada teknologi dan selebritas daripada terlibat aktif di komunitas maupun sekolah.

Tentu saja stereotip Generasi Z tersebut didasarkan pada ketergantungan generasi tersebut pada smartphone atau teknologi.

Banyak orangtua khawatir bahwa sikap malas, tidak pedulian dan apatis generasi Z ini akan membuat mereka tidak siap dalam menghadapi kehidupan nyata.

Nyatanya, dari generasi manapun, tidak ada orang yang benar-benar siap sebenarnya. Hanya saja beberapa mampu beradaptasi lebih baik serta membuat pilihan-pilihan hidup yang lebih logis daripada yang lain.

Kemampuan dalam membuat piilihan yang tepat dan kemampuan mengembangkan sikap yang benar sejak usia dini ini adalah cara untuk mengalahkan stigma generasi yang bersikap apatis.

2. Terlalu Narsis

Sekali lagi, stereotip narsis ini bisa jadi juga akibat ketergantungan generasi Z pada gadget. Platform media sosial yang semakin populer, seperti Instagram, telah menciptakan lingkungan tempat anak-anak merasa harus untuk lebih peduli tentang penampilan mereka.

Namun sebenarnya, hampir setiap orang dari generasi apapun, selalu peduli dengan penampilan, mungkin lebih dari yang mereka butuhkan. Media sosial tidak mengubah kecenderungan ini, hanya meningkatkan lonjakan narsisme.

3. Tidak Sabaran

Akibat selalu ingin mendapat segala sesuatu dengan cepat dan sekarang juga, gen Z kerap dilabeli sebagai generasi yang tidak sabaran. Mereka lebih senang memesan barang-barang dari toko online, menggunakan layanan antar, daripada meluangkan waktu pergi ke minimarket untuk menemukan produk yang diinginkan.

Mereka cenderung mencari jawaban dari semua keingintahuan lewat Google Search Engine daripada membaca buku. Mereka juga lebih memilih menggunakan layanan pesan tiket online daripada mengantri berjam-jam di depan loket.

Bisakah hal-hal demikian membuat gen Z mendapat stereotip generasi tidak sabaran?

Karena di dunia yang serba cepat, instan, dan didukung dengan segala teknologi yang memudahkan, rasanya setiap orang dari semua generasi akan menjadi tidak sabaran. Karena itu tidaklah tepat rasanya menganggap generasi kelahiran tahun 1995-2010 ini demikian.

Mereka tidak pernah mengenal keadaan di masa-masa sebelum internet dan smartphone ditemukan. Jadi tidak pernah terpikir juga bagaimana rasanya hidup tanpa layanan serba cepat.

4. Mudah Terkesan

Adanya akses penuh ke internet, tentu mudah bagi anak-anak generasi Z untuk mendapatkan informasi apa pun yang mereka inginkan.

Mereka juga mudah terkesan pada hal-hal yang tampak keren dan kekinian dibandingkan sesuatu yang lebih ilmiah. Misalnya, mereka sangat tertarik pada gaya hidup selebriti, film, dan musik populer dari Korea Selatan atau Jepang, video-video Tik Tok yang kadang kontennya juga aneh dan tidak masuk akal.

Mudahnya, mereka ini terkesan pada hal-hal yang dianggap keren, tren, dan kekinian, dan membuat mereka menjadi target mudah bagi pemasar bisnis dan pembuat konten hoaks.

Tapi, menurut saya pribadi sih, tidak hanya generasi Z yang demikian. Generasi sebelumnya bahkan boomers juga demikian. Tergantung bagaimana literasi digital yang mereka miliki.

Oleh karena itu sebenarnya pada generasi sebelumnya sama saja. Setiap generasi selalu mudah terkesan pada hal-hal yang banyak dibicarakan. Generasi 60an misalnya, begitu mengagumi gaua hidup Hippies yang penuh pemberontakan.

Generasi 70an menganggap disko sebagai musik maha asyik sementara generasi 80an merasa keren jika memakai segala sesuatu dengan gaya Punk atau menata rambutnya menjadi megar dan keriting. Masih ingat betapa Pokemon, Macarena, Backstreet Boys membuat generasi tahun 90an merasa harus mengikuti atau dianggap kuno? Persis kan?

Tidak ada yang berbeda dengan generasi tahun 2000an yang sebagian besar adalah generasi Z. Mereka memuja girlband BlackPink atau boyband BTS dari Korea, menganggap Katniss Everdeen dari The Hunger Games sebagai panutan dan melihat media sosial sebagai “pusat informasi”.

Jadi ya setiap generasi mudah terkesan pada hal-hal populer yang terjadi di masanya kok.

Generasi Z harus menjadi lebih baik, lebih pintar dan lebih mampu daripada generasi-generasi sebelumnya. Sebagai orangtua, kitalah yang bertanggungjawab untuk mendorong kemajuan dalam pendidikan mereka dan bagaimana gen Z bersosialisasi dengan masyarakat.

Serta menerapkan harapan yang sama pada generasi muda yang akan selalu berintegrasi dengan teknologi ini. Saya yakin generasi Z akan mampu membuat dunia menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Saya yakin mereka memiliki ide-ide kreatif untuk pembangunan bangsa, asal mereka diasuh dan dididik dengan pola yang baik dan benar.

Baca juga artikel lain tentang Generasi Z di sini yuk!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *