Menjadi Orangtua yang Bersahabat dengan Memahami Generasi Z
Banyak sekali pertanyaan yang masuk ke MinFul nih tentang bagaimana ya menjadi orangtua yang baik dan bersahabat untuk anak-anak generasi Z sekarang? Karena pengaruh teknologi mau tidak mau menjadi tantangan yang sungguh berat bagi orangtua muda maupun yang “agak” muda.
So, dalam artikel ini, MinFul mencoba untuk membagikan bacaan untuk orangtua baru maupun yang sudah lama untuk sedikit memahami generasi Z ini, agar sebagai orangtua kita juga bisa tahu cara mengatasinya.
Memahami Generasi Z
Kalau pembaca adalah generasi boomers atau generasi milenial yang lahir sebelum tahun 2000, tentu tahu ya bagaimana perubahan teknologi begitu pesat di dunia yang sedang kita tinggali ini?
Generasi Z disebut-sebut sebagai generasi baru yang dinamis dan juga idealis. Generasi Z juga disebut sebagai digital native yang memiliki ciri khas sangat berbeda dari generasi sebelumnya (yakni generasi milenial) dan kerap membuat orangtua pusing tujuh keliling hehehe..
Yes, generasi Z memang sangat berbeda. Generasi ini dibentuk oleh teknologi yang canggih, sejarah baru, dan tentu pergeseran ekonomi yang begitu cepat. Generasi ini tentu tidak tahu bagaimana dunia berjalan tanpa internet dan gawai.
Sekarang apa sih yang tidak bisa kita Googling? Nah, generasi Z mendapatkan informasi semudah itu, dengan instan. Mereka tidak akan pernah tahu rasanya membuat kliping, menghapal buku RPAL dan RPUL, menyusuri atlas dan menghafal letak negara berikut dengan mata anginnya. Nope.
Memahami generasi Z ini sama seperti memahami bagaimana mereka begitu canggih? Beradaptasi dengan begitu banyak teknologi dan dengan mudah bisa membuat game sendiri.
Generasi Z atau juga disebut sebagai iGeneration, Kidz Zaman Now, anak zaman sekarang, dan julukan lainnya, mereka lebih suka ngobrol di ruang-ruang obrolan dunia maya daripada bercakap-cakap langsung. Alasannya bisa jadi karena frekuensi, bukan kenyamanan.
Ini memang menjadi salah satu ciri dari generasi Z menurut Astrid Savitri, seorang penulis buku parenting Generasi 4.0.
Generasi Z ini lebih menyukai umpan balik konstan dan langsung.
Ingin tahu bagaimana sel darah putih bekerja? Googling saja!
Lupa bab mana yang harus dibaca di ujian Biologi besok? Whatsapp teman sekelas.
Mereka membutuhkan informasi sekarang, dan mereka memiliki banyak alat untuk mendapatkannya.
Sehingga tak mengherankan jika informasi yang beredar di dunia maya begitu masif dan cepat tersebar, seolah yang duluan yang menang. Berlomba-lomba menjadi “si paling tahu”.
Sebab Generasi Z Tumbuh Lebih Cepat dan Lebih Dewasa Melampaui Usianya
Kalau teman-teman sebagai orangtua mengira bahwa tampaknya generasi Z adalah generasi yang terlalu banyak terstimulasi sehingga tumbuh menjadi anak-anak yang tidak sabaran, mari kita tengok lagi di era yang seperti apa mereka lahir dan tantangan apa yang harus mereka hadapi di dunia ini sepuluh atau dua puluh tahun lagi.
Sejak lahir, anak-anak generasi Z ini sudah mendengar tentang bahaya pemanasan global, menjadi ancaman teror dalam berbagai situasi (bahkan banyak kita lihat di berita-berita internasional tentang teror penembak di dalam mall), dan menyaksikan bagaimana orangtua mereka menghadapi tantangan ekonomi yang tiap tahun kian berat.
Rumah sulit untuk didapatkan di tengah kota, bahkan rumah di pinggir kota pun harganya sudah tak masuk akal. Sehingga anak-anak yang dilahirkan dari orangtua yang ekonominya sedikit lemah harus puas dengan rumah petak, harus puas dengan rumahnya yang berpindah-pindah karena ngontrak, dan banyak hal lainnya.
Akibatnya apa? Karena mereka telah menyaksikan orangtuanya kesulitan atau mungkin tidak kesulitan namun orang-orang di sekitarnya mengalaminya, ia tumbuh lebih dewasa dan lebih cepat dan mengembangkan sensitivitas melampaui anak-anak seusianya.
Memahami generasi Z ternyata tidak mudah ya?
Belum lagi anggapan mereka bahwa generasi ini adalah generasi yang harus menjadi solusi bagi permasalahan di dunia saat ini.
Ya gimana engga? Mereka sudah melihat bagaimana dunia ini berjalan dan bagaimana orangtua mereka harus berjuang dengan segala permasalahan tersebut. Sehingga gen Z melihat diri mereka sebagai solusi bagi masalah-masalah tersebut.
Hasilnya, mereka cenderung lebih mengejar karier yang mereka anggap akan membantu masyarakat.
Selain itu, karena penggunaan media sosial sudah menjadi barang “primer” bagi semua orang, mereka cepat masuk dan membantu ketika lingkaran pertemanan memberitahukan adanya sebuah kebutuhan.
Tentu kita telah banyak mengetahui dan mendengar tentang donasi online di media sosial mana pun kan? Nah, ini menjadi salah satu tren dari generasi Z yang patut kita apresiasi.
Mungkin kita melihat segala kekurangan dari generasi Z yang sudah tertulis di atas berikut juga dengan problem solving yang mereka miliki serta empatinya. Adanya latar belakang bagaimana gen Z dilahirkan dan ia tumbuh besar sebagai individu yang mampu membuat keputusan, semoga bisa memberikan kita cara memahami generasi Z dan tidak lagi menjadi orangtua yang “menyebalkan” di mata anak-anak gen Z.
Karena hakikatnya kunci dari hubungan orangtua dan anak ada pada komunikasi. Pendekatan orang tua pada gen Z akan menentukan bagaimana anak akan bersikap dan punya adab di lingkungan luar nantinya. Semakin kita memahami bagaimana pertumbuhan dan perkembangan generasi Z, kita pun akan semakin mudah mendidik generasi Z ini dan mengarahkan mereka sesuai potensi dan bakat masing-masing.
Semoga artikel tentang memahami generasi Z ini bermanfaat ya!