Pentingnya Menetapkan Batasan Untuk Kebahagiaan Diri Sendiri
Soal pentingnya menetapkan batasan atau setting boundaries ini berkali-kali saya dibuat gemas dengan tingkah sahabat juga beberapa orang yang bercerita lewat tulisannya. Saya berpikir, bagaimana ya menyadarkan orang-orang yang tak mampu menetapkan batasan untuk kebahagiaan dirinya sendiri?
Tentu teman-teman sering mendengar ya, ada kawan yang mungkin curhat tentang dirinya yang sulit sekali menolak permintaan orang lain? Atau dimanfaatkan oleh pasangan yang manipulatif hingga tak mampu berpikir jernih bahwa dirinya harus menetapkan batasan yang jelas dan tegas?
Atau mungkin dari teman-teman sendiri pernah bilang “ya” ketika sebenarnya ingin mengatakan “tidak”?
Apakah teman-teman adalah orang yang memprioritaskan kebutuhan atau keinginan orang lain di atas kebutuhan sendiri?
Apakah ada di antara yang kita terlalu banyak mencurahkan diri dalam keputusan, perasaan, dan tindakan orang-orang yang kita cintai?
Yuk kita bahas betapa pentingnya menetapkan batasan untuk kebahagiaan diri sendiri di sini.
Setting Boundaries, Pentingnya Menetapkan Batasan Menurut Terri Cole
Terri Cole adalah seorang psikoterapis yang punya lisensi pakar hubungan, selain itu juga pendiri Real Love Revolution, Boundary Bootcamp dan kursus-kursus pemberdayaan perempuan yang menjangkau perempuan lebih dari di 90 negara.
Jadi pendapat Terri di sini merupakan pendapat seorang ahli yang bisa teman-teman jadikan rujukan, dan mungkin dapat memberikan sudut pandang yang berbeda tentang pentingnya menetapkan sebuah batasan dalam hidup.
Kisah Seorang Perempuan Tanpa Batasan
Sebenarnya, orang-orang yang dalam hidupnya kesulitan dalam menentukan batasan itu memiliki latar belakang yang harus digali dan dicari tahu dulu. Pasti masa lalunya dilalui dengan kesulitan dan ketidaknormalan yang akhirnya dianggap biasa sampai dewasa.
Terri Cole bercerita tentang pasiennya, sebut saja namanya Jette. Beberapa kali Jette datang pada Terri untuk bercerita tentang perlakuan “pacarnya” yang sangat manipulatif dan sudah mulai membuatnya tak kuat untuk terus berada di sisinya.
Bahkan ketika pacar Jette ini menggunakan kartu kredit Jette untuk banyak sekali macam aktivitas hingga Jette harus berjuang keras untuk membayarnya, tetap saja ia tak bisa lepas dari sang pacar yang saat ini menjadi buronan tersangka penipuan.
Usut punya usut, Jette adalah anak perempuan terakhir di sebuah keluarga besar. Definisi keluarga besar di sini benar-benar beranggotakan banyak orang. Ada Ayah, Ibu, dan 5 kakak. Saking susahnya hidup Jette di masa lalu, ia bahkan memakai sikat gigi kakaknya. Bayangkan, untuk sikat gigi saja Jette tak punya privasi, apalagi soal kamar?
Namun Jette sudah terbiasa dan menganggapnya sebagai hal normal yang tidak apa-apa jika demikian.
Hingga ia sudah dewasa pun, ia banyak ditipu pacar-pacarnya. Para pria itu tahu kelemahan Jette, ia tak bisa menolak dan tak mampu menetapkan batasan. Sehingga apapun yang diminta oleh pacarnya, sebisa mungkin Jette akan mengabulkannya. Karena ia menganggap itu wajar saja.
Dari sini saja kita sudah tahu betapa pentingnya menetapkan batasan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sehingga kita akan fokus untuk kebahagiaan diri sendiri saja sebelum memutuskan untuk memenuhi keinginan atau kebahagiaan orang lain.
Batasan yang buruk itu melelahkan. Menciptakan drama yang menyedot waktu dan energi kita. Seperti yang mungkin sudah teman-teman ketahui, butuh banyak upaya untuk terus memadamkan kebakaran dalam kehidupan pribadi kita. Namun, ketika kita terjebak dalam batasan yang buruk, kita lah yang secara tidak sengaja memantik apinya. Agar kebakaran ini dapat padam total, kita harus kembali ke berbagai pengaruh yang membentuk kita, di mana luka masa kecil dan pembelajaran awal hidup terjadi. (Terri Cole)
Manfaat Menetapkan Batasan
Jika kita sudah tahu batasan-batasan mana yang harus ditetapkan dan kapan itu berlaku, kita akan menjadi seseorang yang :
- Sangat paham tentang diri sendiri, termasuk bagaimana pola batasan disfungsionalnya muncul dan bagaimana pola itu mungkin menghambat diri kita saat ini.
- Tahu bagaimana mengidentifikasi dan mengubah hambatan perilaku yang menjadi penghalang antara diri sendiri dan hasrat sejatinya serta cara memenuhinya.
- Berbicara yang sebenarnya, tahu bahwa itu satu-satuya cara untuk menciptakan kehidupan yang kita inginkan dan pantas kita dapatkan.
- Berkomitmen untuk pertumbuhan diri sendiri mulai dari sekarang.
Untuk teman-teman yang masih dalam mode “ayoklah kita cepet selesaikan ini, ngga usah banyak konflik” atau menderita penyakit “menyenangkan orang lain”, kita harus memperlambat diri dan keluar dari zona nyaman diri sendiri untuk mengetahui, mengekspresikan, dan melindungi diri sendiri serta jati diri kita.
Ketika kita sudah mampu menetapkan batasan dan percaya diri dengan batasan tersebut, kita akan lebih mengetahui dan lebih menghargai sejatinya diri kita.
Teman-teman tidak akan lagi bingung dengan apa yang sebenarnya menjadi tanggung jawabmu. Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa kesulitan atau konflik orang lain adalah urusan kita, padahal sebenarnya pengalaman dan masalah emosional mereka lah yang harus ditangani sendiri. Ingat, itu urusan mereka, bukan kita.
Ketika teman-teman tahu dengan jelas tentang apa yang harus teman-teman tangani, proses transformasi menjadi jauh lebih mudah.
Ada beberapa strategi yang dibahas pula oleh Terri Cole agar kita selalu ingat untuk memperlakukan diri sendiri dengan kasih sayang. Hal ini akan kita bahas nanti di artikel berikutnya ya!
Semoga artikel ini bermanfaat!