kategori batasan manusia
Self Development

Kategori Batasan Manusia, Yuk Pahami Batasan Dirimu

Setelah membahas tentang pentingnya batasan untuk diri kita, artikel ini akan membahas tentang kategori batasan manusia. Supaya kita bisa memahami sejauh mana batasan diri sendiri. Sehingga kita bisa melangkah ke depan dengan batasan yang sehat.

Batasan yang sehat ii akan membawa kita menjadi orang dewasa yang mampu mengidentifikasi, memprioritaskan, dan juga mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan, hingga preferensi pribadi.

Mengenal Batasan Pribadi

Sebelum membatas kategori batasan manusia, mari kita mulai terlebih dahulu dengan membahas dasar-dasar batasan pribadi. Sehingga teman-teman akan lebih memahami mengapa batasan itu penting dalam keseharian.

Saat ini mari kita bayangkan rumah berpagar tinggi dengan papan-papan bertuliskan “Pergi!” dan “Pelanggar Akan Ditindak!”. Kita paham bahwa pagar tersebut adalah batasan yang jelas. Sementara papan-papan peringatan menjelaskan konsekuensi jika batasan itu dilanggar.

Meski mekanisme dasarnya sama, batasan pribadi lebih rumit dibandingkan perumpamaan pagar di atas. Kita tidak bisa begitu saja memasang papan peringatan dan berharap orang lain mematuhi peringatan yang jelas-jelas tertera.

Batasan pribadi juga tidak terlihat secara fisik, sehingga perlu ditetapkan dengan kata-kata (yang harus sering diulang) dan tindakan. Batasan pribadi juga unik bagi setiap individu, dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil, norma budaya, peran gender, dan berbagai faktor lainnya. Tidak ada tindakan satu-kali-beres yang bisa menyelesaikan segalanya.

cara membuat batasan dengan orang lain

Terkesan egois ya? Ngga kok.

Kamu mungkin diajari untuk percaya bahwa memiliki batasan yang sehat membuatmu terlihat egois, konfrontatif, dan judes; tapi kenyataannya memiliki batasan yang sehat membuatmu berani dan murah hati.

Kategori Batasan Manusia, Yuk Pahami Dirimu

Ada lima kategori umum batasan manusia, yaitu : fisik, seksual, material, mental, dan emosional. 

Ketika salah satu dari batasan ini dilanggar, kita bisa terkena masalah. Selanjutnya, ada tiga jenis batasan : kaku, rapuh, dan sehat. Memahami berbagai kategori dan jenis batasan akan membantu teman-teman melihat di mana letak masalah batasanmu, sehingga kamu dapat mulai memperbaikinya.

Apakah batasan emosional terlalu rapuh? Apakah batasan mentalmu terlalu kaku? Di mana kamu merasa fleksibel dan seimbang?

Berikut ini kategori batasan pribadi yang perlu teman-teman perhatikan :

1. Batasan Fisik

Batasan fisik yang paling dasar adalah tubuhmu. Ini meliputi siapa saja yang berhak menyentuhmu dan bagaimana caranya, ditambah seberapa luas ruang pribadi yang kamu butuhkan.

Jika seseorang mencengkerammu tanpa izin, menggunakan deodorantmu, bahkan menyikat gigi dengan sikat gigimu atau masuk kamar mandi tanpa mengetuk pintu saat kamu sedang mandi adalah contoh pelanggaran fisik.

2. Batasan Seksual

Teman-teman harus memutuskan tingkat interaksi seksual yang bisa teman-teman terima, serta di mana, kapan, dan dengan siapa itu bisa terjadi.

Orang yang mengancam atau memaksamu melakukan tindakan seksual dengan mereka, berkomentar cabul, atau berperilaku apa pun yang dimaksudkan untuk membangkitkan atau memuaskan dorongan seksual mereka tanpa persetujuanmu adalah contoh pelanggaran batasan seksual. 

3. Batasan Material

Kamu menentukan bagaimana orang lain boleh (atau mungkin tidak boleh) mengakses harta bendamu.

Termasuk meminjamkan uang, pakaian, monil, atau barang lain pada kerabat atau teman dalam kondisi seperti apa. Misalnya, area mana di rumahmu yang tak boleh dimasuki tamu? Apakah kamu mengharuskan tamu melepas sepatu?

Orang yang menggunakan komputermu tanpa izin, mengambil pakaian dari lemarimu, atau meninggalkan sampah di mobilmu adalah contoh pelanggaran batasan material.

4. Batasan Mental

Yakni ketika teman-teman mendefinisikan pikiran, nilai, dan opini. Untuk memiliki batasan mental, kamu harus tahu dulu apa yang kamu yakini.

Memiliki batasan mental yang sehat berarti kamu dapat mendengarkan orang lain dengan pikiran terbuka, bahkan jika kamu tidak setuju, sambil berpegang pada keyakinanmu sendiri.

Seseorang yang menuntut dan bukannya meminta tolong kamu untuk melakukan sesuatu, meremehkan keyakinanmu, atau tidak menghargai kata “tidak” mu demi mendapatkan keinginan mereka adalah contoh pelanggaran batasan mental.

5. Batasan Emosional

Batasan emosional adalah kamu sendiri yang bertanggung jawab atas perasaanmu, sama seperti orang lain bertanggung jawab atas perasaan mereka.

Batasan emosional yang sehat akan mencegahmu melontarkan kritik spontan atau nasihat yang tidak diminta. Batasan emosional ini dapat mencegahmu menyalahkan orang lain atas apa yang kamu rasakan dan menerima kesalahan atas emosi yang bukan milikmu.

Batasan emosional menghalangimu untuk berbagi detail pribadimu terlalu cepat, mengambil hati segala hal, atau merasa bersalah atas masalah atau perasaan negatif orang lain.

Jika kamu cenderung super emosional, agresif, atau defensif, mungkin batasan emosionalmu kacau.

Seseorang yang mengabaikan perasaan orang lain, mengatur emosimu atau emosi apa yang seharusnya kamu rasakan, atau mengajukan pertanyaan yang menyinggung adalah contoh pelanggaran batasan emosional.

menetapkan batasan untuk kebahagiaan diri

Nah, dari kategori batasan manusia yang sudah disebutkan di atas, sekarang teman-teman bisa kan meraba diri sendiri dan menentukan pada kategori mana batasan kita sudah pernah dilanggar dan harus segera diperbaiki?

Memperbaiki batasan yang rusak harus dimulai dari mengenal kategori batasan manusia, lalu mengidentifikasi masuk ke dalam kategori manakah kita? Jika sudah mampu mengenal diri sendiri, batasan-batasan mana yang dilanggar dan tidak boleh terjadi lagi, niscaya kehidupan kita akan jauh lebih tenang dan fokus.

Percaya deh, kategori batasan manusia ini akan membantu teman-teman menemukan diri sendiri dan kelemahan apa saja yang kita miliki. Serta bagaimana harus menghadapinya agar tidak tumbuh menjadi batasan yang tidak sehat bahkan menyiksa.

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

 

Referensi : Boundary Boss by Terri Cole 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *