cara menemukan kebahagiaan sejati
Self Development

Bagaimana Cara Menemukan Kebahagiaan Sejati?

Cara menemukan kebahagiaan sejati di dunia sebenarnya sangat mudah jika disandarkan pada hati nurani. Namun tidak semua orang bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dekat itu. Jadi, kita ulik yuk bagaimana cara menemukan kebahagiaan sejati versi beberapa filsuf dan cendekiawan!

Cara Menemukan Kebahagiaan Sejati dari Berbagai Versi

Dalam artikel ini kita akan membahas tentang cara menemukan kebahagiaan sejati menurut Plato, Al Faribi, dan Al Ghazali. Tentu teman-teman semua pernah mendengar filsuf dan cendekiawan tersebut bukan? Yuk kita bahas langsung saja.

Menemukan Kebahagiaan Menurut Plato

Plato adalah orang Yunani yang banyak dijadikan kiblat oleh orang-orang Barat maupun Timur tentang pemikirannya tentang hidup. Menurut Plato, untuk mencapai kebahagiaan sejati, terlebih dahulu kita harus memahami makna dari jiwa itu sendiri.

Dalam bukunya yang berjudul Politeia disebutkan bahwa jiwa adalah sesuatu yang menggerakkan dirinya sendiri lalu termanifestasi oleh badan atau tubuh. Sehingga semua kompleksitas gerakan internal yang dilakukan oleh manusia adalah gerakan jiwa. Jadi semua dalang dari peristiwa yang dilakukan manusia adalah jiwa.

Semua yang dapat dirasakan seperti bahagia, senang, sedih, pusing, dan lain-lain merupakan aktivitas jiwa yang dimanifestasikan melalui badan.

Namun, adakalanya aktivitas jiwa tidak dimanifestasikan melalui badan, terkadang ada aktivitas jiwa yang diekspresikan melalui internal, misalnya ide atau gagasan.

Manusia hanya dapat menemukan kebahagiaan sejati pada sesuatu yang mutlak atau abadi. Oleh karena itu, gerak jiwa manusia harus diarahkan menuju sesuatu yang mutlak atau abadi tersebut, agar dapat menemukan kebahagiaan abadi.

Suatu kali, dalam acara Book Party bersama teman-teman Literasi Malang, hal ini juga dibahas, dan saya masih ingat betul bahwa Plato membagi kebahagiaan menurut jiwa-jiwa tersebut berdasarkan tingkatannya menjadi empat. Yakni :

  • Epithumia (Epithumos) yang merupakan lambang dari nafsu-nafsu rendah. Dengan kata lain, Epithumia merupakan kebutuhan biologis manusia. Seperti makan, minun, dan seks.
  • Thumos merupakan lambang dari hasrat dan harga diri. Thumos ini merupakan segala bentuk efektivitas, rasa, semangat, dan agresivitas.
  • Logostikon merupakan rasio, alat pikir, atau akal. Logostikon harus menjadi menjadi rajanya dalam hal apapun termasuk dalam hidup secara teoritis, praksis maupun beragama. Wilayah dari logostikon adalah kepala. Kepala berada paling atas di antara bagian tubuh lainnya. Dan haruslah menjadi pengontrol untuk bagian tubuh lainnya.
  • Eros merupakan sebuah dorongan yang menghidupkan dan mewarnai ketiga unsur jiwa (epithumia, thumos, logostiko). Di wilayah epithumia, eros membuat orang menyukai makanan atau minuman hingga seks.

Sedangkan di wilayah thumos, eros membuat orang menjadi cinta profesi, kelompoknya, tanah air dan cinta agama. Di dalam wilayah logostikon, eros mewujudkan dalam diri para pemikir melalui hasrat mereka dalam mengekalkan diri dari warisan-warisan penemuan dan pemikiran para pendahulu. Bertemunya eros dan logostikon banyak menghasilkan teori-teori filsafat.

Keempat unsur jiwa di atas dapat dianalogikan seperti kereta bersayap yang terdiri dari kuda hitam dan kuda putih. Kereta bersayap ini dikendalikan oleh sainsnya. Ephitumenia diidentikan sebagai kuda hitam sedangkan thumos kuda putih.

Untuk logostikon diidentikan dengan sains dan eros sebagai sang pemberi warna diidentikan dengan sayapnya. Kenapa kereta harus memiliki sayap? Karena jiwa harus terbang menuju Tuhannya.

Selain itu jika jiwa terjebak ke dalam cinta yang bersifat materi maka jiwa tidak akan menemukan kebahagiaan sejatinya. Oleh karena itu, ketiga unsur jiwa harus berkerja sama, bergerak secara berkesinambungan dan berkoordinasi secara baik agar bisa menemukan kebahagiaan sejatinya.

menemukan kebahagiaan sejati

Menemukan Kebahagiaan Menurut Al Farabi

Ada yang belum tahu siapa Al Farabi?

Yes, Al Farabi adalah seorang filsuf yang paling banyak membicarakan persoalan kemanusiaan. Meskipun dirinya bukanlah orang yang berkecimpung langsung dalam dunia kemasyarakatan.

Al Farabi seringkali menggeluti dunia moral, politik, dan juga psikologi. Sehingga untuk pendapatnya tentang bagaimana cara manusia mencari kebahagiaan sejatinya masih relate dengan ilmu yang dimilikinya.

Dalam teori falsafah Islam yang dimiliki oleh Al Farabi, empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri di antaranya :

  • Keutamaan teoritis; yakni prinsip-prinsip pengetahuan yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperoleh dengan kontemplasi, penelitian dan belajar.
  • Keutamaan pemikiran adalah yang memungkinkan orang mengetahui hal yang bermanfaat dalam tujuan hidupnya. Maksudnya kebahagiaan ketika berpikir tentang apa saja hal yang bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan sejatinya (bahagia di dunia maupun di akhirat).
  • Keutamaan akhlak yang bertujuan mencari kebaikan.
  • Keutamaan amaliah yang diperoleh dari jalan amalan yang kita lakukan hingga akhirnya mendapatkan kebahagiaan dari amal-amal tersebut.

Kebahagiaan Menurut Al Ghazali

Adapun arti kebahagiaan menurut Al Ghazali yang punya tujuan kebahagiaan mirip dengan sufi, yakni sebagai buah dari mengenal Allah.

Dalam kitab beliau Ihya Ulumuddin, Al Ghazali mengatakan bahwa kebahagiaan menurut beiau adalah ilmu dan amal. Yakni saat-saat dimana kita melihat ilmu dan mempelajarinya sebagai manfaat yang begitu lezat dan nikmat. Adapun amal, mencapai kebahagiaan dengan amal sebagai sarana menuju akhirat.

Jadi amalannya tersebut akan membawanya menuju jalan mendekatkan diri pada Allah. Namun kondisi tersebut tentu saja tak akan tercapai jika tanpa amal. Jadi keduanya sangat dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan sejati. Sebagaimana Allah menciptakan manusia untuk beribadah pada Allah, lalu kita merasakan kebahagiaan atasnya.

Tentu saja konsep ibadahnya tidak sesempit saat kita melaksanakan salat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah yang berkaitan dengan Sang Pencipta. Namun ibadah yang dimaksud juga termasuk ibadah yang berhubungan dengan manusia.

Seperti berbuat baik pada sesama manusia, membantu mereka yang membutuhkan, mewakafkan waktu luang, tenaga, hingga harta di jalan Allah, semua adalah ibadah.

Semoga cara menemukan kebahagiaan sejati dari berbagai Filsuf dan cendekiawan tersebut di atas bisa menginspirasi kita semua ya! Bagaimana dengan teman-teman? Sudah menemukan arti kebahagiaan sejati dalam hidup? Kenali dirimu dan juga apa saja kebahagiaanmu yuk, dan jangan lupa sharing arti kebahagiaan sejati versimu di kolom komentar!

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

 

Referensi :

e-journal.uinmalang.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *