Apa Itu Kebahagiaan Sejati? Sudahkah Menemukan Kebahagiaan Versimu?
Apa sih sebenarnya arti kebahagiaan dalam hidup? Apakah kebahagiaan itu artinya punya banyak uang? Apakah kebahagiaan itu menggenggam kekuasaan? Apakah kebahagiaan itu punya koleksi barang antik yang membuat semua mata terpukau? Apakah kebahagiaan itu bisa bersama dengan orang-orang yang kita cintai?
Jadi, apa arti kebahagiaan sebenarnya?
Apa Itu Kebahagiaan Sejati Dalam Hidup?
Agak susah juga mendefinisikan arti kebahagiaan dalam hidup. Karena kita sadar bahwa kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda. Bahkan di kalangan filsuf sendiri juga membagi cara menemukan kebahagiaan sejati dengan berbagai macam jalan.
Oleh karena itu definisi kebahagiaan pun tidak bisa dipungkiri bisa jadi beragam. Namun saya percaya bahwa manusia dirancang sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang punya persamaan definisi kebahagiaan sejati berdasarkan nuraninya.
So, mungkin saya bisa ceritakan sedikit tentang kisah seseorang yang sedang mencari kebahagiaan sejati.
Kisah Seorang Lelaki Yang Mencari Kebahagiaan Sejati
Jadi ceritanya lelaki ini adalah seorang milyader dengan harta yang melimpah. Dulunya, ia memang hanya seorang pekerja biasa yang tak punya apa-apa. Bahkan ia harus menabung selama belasan tahun untuk membeli hunian yang layak untuk anak dan istrinya.
Menurutnya, kala itu kebahagiaan paling dicari adalah sebuah rumah singgah yang nyaman dan menjadi tempat pulang keluarganya dari segala hiruk pikuk rutinitas di kota.
Tak lama, keinginannya untuk punya rumah tersebut tercapai, bisnisnya pun berkembang demikian pesatnya hingga ia bisa membeli rumah yang lebih besar dan megah lagi untuk orang-orang yang dicintainya. Namun kebahagiaannya tak bertahan lama. Ia mencari-cari lagi, arti kebahagiaan menurut versinya itu.
Karena daridulu ia suka sekali mengoleksi mobil mainan, ia pun berkeinginan untuk mengoleksi mobil-mobil antik bernilai miliaran. Dalam sekejap, keinginannya tersebut tercapai. Apakah ia bahagia? Tentu saja. Seolah tak ada kebahagiaan lain setelahnya.
Namun lagi-lagi ternyata kebahagiaan tersebut juga tak bertahan lama. Ia mulai mencari-cari kembali, apa kira-kira yang akan membuatnya bahagia dan kebahagiaan tersebut bisa bertahan lama.
Sang lelaki pun mencari-cari lagi arti kebahagiaan menurutnya. Namun semakin ia memenuhi keinginan duniawinya, ia semakin haus dan menginginkan yang lebih. Ia mulai tak tenang, bahagianya hanya sekejap saja setelah keinginannya tercapai.
Ia pun berkonsultasi dengan seorang temannya seorang aktivis kemanusiaan. Temannya mengajaknya mengunjungi sebuah tempat yang tak disangka-sangka menjadi sumber kebahagiaan sejatinya kelak. Tempat itu adalah sebuah panti tuna daksa.
Saat di sana, tentu saja ia menatap begitu banyak kemalangan dan hatinya tergerak untuk berbagi. Ia sangat bahagia bisa menemukan tempat itu meskipun kebahagiaan tersebut berbalut rasa sedih hingga ia tak mampu membendung air mata.
Ada seorang pemuda kurus yang ia belikan kursi roda menyusulnya ketika lelaki tersebut hendak pulang.
Kenapa kamu menatap wajahku seperti itu? Apakah yang kuberikan masih kurang?
Pemuda kurus dengan kantung mata yang duduk di kursi rodanya yang baru itu menggeleng cepat. Pegangannya pada pria tua di depannya makin erat. Matanya berkaca-kaca, ia mengambil nafas dalam-dalam, nampak ada sesuatu yang ingin ia utarakan dari lisannya.
“Tidak Tuan, saya hanya ingin mengingat wajah Tuan. Agar kelak ketika menghadap Tuhan, saya bisa mengenali Tuan dan mengatakan pada Tuhan saya bahwa Tuanlah yang membuat saya bahagia saat di dunia.”
Lelaki tua yang dipanggil Tuan tersebut pun kembali menangis. Bukan karena iba, namun karena kebahagiaan yang selama ini ia cari akhirnya dapat ia rengkuh. Kebahagiaan yang selama ini ia pikir berasal dari hartanya yang tak terhingga.
Ternyata kebahagiaan itu kini berada tepat di depan matanya. Ia pun memeluk pemuda tersebut, berterimakasih karena telah membuatnya bahagia dan menyampaikan kalimat terindah selama hidupnya.
Bagaimana Kebahagiaan Sejati Versimu?
Kisah tersebut di atas saya dengar dari sebuah kajian bersama guru saya, dan akan selalu menjadi pengingat diri ketika merasa tidak bahagia, padahal Tuhan sudah memberikan nikmat-nikmatNya yang begitu besar.
Ada orang yang bisa makan tiga kali sehari saja sudah merasa bahagia karena syukurnya.
Ada pula orang yang punya rumah, mobil, tak khawatir besok mau makan apa, tapi tetap saja tidak bahagia dan terus merasa kurang.
Lagi-lagi, kebahagiaan itu memang sedekat rasa syukur kita pada Tuhan. Seberapa banyak rasa terima kasih kita atas hidup yang terus mendewasakan dan menguatkan kita sebagai manusia.
Jadi menurut saya, kebahagiaan sejati adalah ketika kita melihat kebahagiaan orang lain dan kita juga merasa bahagia atasnya. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu berbagi pada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dan peran kita sebagai sesama manusia.
Kalau kata Asma Nadia, “bahagia itu dekat. Yakni ada dalam setiap hamba yang bersyukur.”
Ingin bahagia? Coba kita syukuri dulu hal-hal kecil hingga besar yang singgah dalam hidup kita. Menulis jurnal syukur juga akan membuat kita merasa jauh lebih baik ketika ada hal buruk yang menimpa. Karena sesungguhnya kebahagiaan kita jauh lebih banyak dibanding cobaan atau ujian atau yang kita katakan sebagai hal buruk itu sendiri.
Jika diraba dan dirasakan, itulah kebahagiaan sejati.
Bagaimana dengan teman-teman? Apa kebahagiaan sejati versimu? Share di kolom komentar yuk!