Apa Itu Kodependen? Buka-bukaan Orang dengan High Functioning Codependency
Setelah membahas tentang bagaimana menciptakan batasan yang sehat dengan orang lain, kita perlu tahu bagaimana orang-orang dengan batasan yang nampak sempurna sebenarnya juga mengalami kesulitan untuk menentukan batasan atas dirinya sendiri.
Kita mungkin akan tergerak untuk mengubah keterampilan membuat batasan, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar kita.
Yang perlu teman-teman tahu bahwa tidak ada kata terlambat untuk menjadi versi dirimu yang kamu sesali di masa lalu atau yang paling kamu inginkan di masa depan. So, berkomitmenlah untuk menjalani kehidupan yang benar-benar kamu inginkan/
Menciptakan batasan yang sehat akan melindungimu dari ancaman emosional, menjaga martabat pribadimu dan juga memperkuat hubungan-hubunganmu, termasuk hubunganmu dengan diri sendiri.
Sekarang saatnya teman-teman juga perlu mengenal hubungan kodependen. Apa itu kodependen? Yuk kita bahas.
Apa Itu Kodependen?
Ada sebuah cerita tentang hubungan kodependen ini yang bisa membantu teman-teman untuk memahami apa itu hubungan kodependen dan mengapa kita perlu menghentikannya.
Ada seseorang bernama Jul datang ke psikolog dan melaporkan tentang kecemasannya yang tinggi, seiring dengan meningkatnya kecemasan dalam dirinya, Jul juga banyak ditimpa penyakit. Terutama sakit kepala yang melelahkan dan sindrom sendi temporomandibular (TMJ), dan beberapa penyakit lain yang datang silih berganti.
Usut punya usut, sang psikolog menggali masa lalu dan apa yang sedang dirasakan oleh Jul akhir-akhir ini. Hingga didapatkan sebuah kisah tentang Jul bahwa ia adalah anak tunggal yang menghabiskan sebagian besar masa kecilnya dengan menjalani kehidupan mewakili orang tuanya, imigran Korea Selatan yang tidak fasih berbahasa Inggris yang tinggal di Amerika.
Sejak kecil, tanggung jawab Jul yang umumnya dipikul oleh orang dewasa ini akhirnya terpaksa jatuh di pundaknya.
Hingga saat tumbuh dewasa, Jul merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan gagasan “kesuksesan” yang didorong oleh budaya orang tuanya. Karena bagi mereka, sukses adalah menjadi dokter. Padahal Jul ingin menjadi profesional editor/penulis. Namun pilihannya justru membuatnya terjebak konflik dengan dirinya sendiri. Karena tidak pernah mendapat persetujuan dari orang tuanya.
Sifat ‘lakukan semuanya’ juga terlihat dalam kehidupan Jul. Ia membiarkan pasangannya tidak “membayar” apapun di kencan mereka, merencanakan liburan sendirian dan tentu saja dengan uangnya juga.
Jul jelas-jelas stres dan lelah bersama seseorang yang tidak melakukan apa-apa untuk hubungan mereka.
Jadi, menurut psikolog Terri Cole tidak mengherankan jika Jul merasa sakit secara fisik. Untuk seseorang seperti Jul, tidak dapat melakukan sesuatu akan menimbulkan kecemasan yang intens.
Keseluruhan identitasnya didasarkan pada seberapa baik dia bisa mengelola dunia eksternalnya. Inilah orang kodependen. Lebih khususnya orang kodependen yang high functioning.
Membongkar Kodependensi (High Functioning Codependency)
Orang dengan kodependensi umumnya adalah orang yang sukses menurut standar masyarakat, seperti CEO, entrepreneur dan mungkin Broadway. Orang-orang dengan kodependensi ini berusaha menjadi mitra, orang tua, pemimpin dan teman yang baik.
Mereka berprestasi dalam segala hal, karena mereka punya keyakinan bahwa untuk dihargai, mereka harus bisa menangani semuanya. “Tolong” adalah kata yang tabu bagi mereka, kecuali mereka yang memberikan pertolongan.
Sementara mereka sibuk melakukan, melakukan, dan melakukan, mereka kehilangan satu fakta penting : mereka benar-benar menyabotase diri mereka sendiri dalam proses tersebut.
Memikirkannya saja sudah melelahkan bukan?
99% di antaranya tipe over-functioning (melakukan lebih dari yang diperlukan, yang wajar, dan yang berada dalam batas sehat) menunjukkan kodependensi. Yakni suatu kondisi di mana seseorang dipaksa melakukan banyak hal untuk orang-orang lain dalam hidup mereka, yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang itu sendiri.
Orang kodependen bukanlah orang lemah atau hina. Sama sekali tidak.
Namun menjadi orang yang kodependen high functioning berarti :
Kamu merasa terlalu bertanggung jawab atas perasaan dan tindakan orang-orang tertentu dalam hidupmu. Beberapa bentuknya adalah terlalu banyak berperan, terlalu banyak memberi, dan secara otomatis menawarkan saran dalam hubungan interpersonal sebagai upaya untuk mengontrol hasil akhirnya (terutama jika hasil akhirnya bukanlah milikmu). Dan, fokus berlebihan pada kehidupan orang lain ini membuat kebutuhan dan keinginan pribadimu dikesampingkan.
Seorang High Functioning Codependency (HFC) akut akan sangat terancam jika memiliki gejala penyakit fisik yang mengancam. Karena itu semua akan menjungkirbalikkan “formula kemenangannya” untuk berbuat lebih banyak. Jadi tidak heran jika ia menginginkan kesembuhan yang begitu cepat.
“Berapa lama waktunya Dok untuk sembuh?”
“Apa yang harus saya lakukan agar cepat sembuh?”
Karena baginya, sakit adalah bencana karena ia tak akan bisa melakukan “segalanya”.
Masa Lalu yang Menjadi Penyebab Orang dengan Kodependen
Pengalaman masa kecil orang-orang HFC ini tentu saja bervariasi. Kamu mungkin tumbuh dalam sistem keluarga yang kacau, ketat, kasar, lalai atau bahkan sejarah kencanduan.
Atau kamu mungkin diajari untuk memprioritaskan menyenangkan orang lain. Kamu mungkin dipaksa menjadi pengasuh atau dibebani oleh tanggungjawab orang dewasa sejak usia muda.
Pengalaman-pengalaman tersebut di atas dapat mengkondisikan kamu untuk mengantisipasi dan memprioritaskan kebutuhan orang lain di atas kebutuhanmu sendiri. Satu hal yang pasti : untuk menjadi HFC, kamu mengalami masa kanak-kanak yang disfungsional, dan hal itu akan mengarah pada pola perilaku bertanggungjawab yang berlebihan dan mungkin sulit dihentikan.
Bagi orang dengan kodependensi, membantu, memperbaiki, melakukan, serta menyelamatkan bagaikan paksaan yang sudah mendarah daging dan tidak disadari.
Menjadi orang dengan kodependensi artinya memiliki pola perilaku disfungsional : kamu merasa terlalu bertanggung jawab terhadap perasaan dan tindakan orang lain dengan mengorbankan keinginan, kebutuhan dan kesejahteraanmu sendiri.
Semoga artikel ini bermanfaat yaa!