sudut pandang psikologis tentang bunuh diri
Edukasi

Sudut Pandang Psikologi Tentang Bunuh Diri, Yuk Atasi Bersama

Lagi-lagi media cetak, elektronik, hingga media sosial dibanjiri dengan berita bunuh diri. Tidak pandang umur, bunuh diri yang terjadi berturut-turut di kota Malang dilakukan oleh seorang dewasa di atas 40 tahun dan juga dewasa muda dengan usia belasan hingga 20 tahunan.

Sedih, miris, sekaligus heran. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ya, peristiwa bunuh diri yang belakangan ini sangat mengejutkan kita semua.

Fenomena Bunuh Diri di Indonesia

Berdasarkan data Kepolisian Republik Indonesia terdapat 971 kasus bunuh diri dalam periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Kasus bunuh diri terbanyak ditemukan di wilayah Jawa Tengah sebanyak 356 kasus kemudian diikuti oleh Jawa Timur sebanyak 184 kasus.

Nah, berdasarkan peristiwa tersebut Minfull sering sekali mendengar atau membaca komentar-komentar miring yang ditujukan kepada mereka yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Seperti anggapan bahwa orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak bersyukur dengan hidupnya, atau mereka yang paling merasa menderita padahal banyak yang lebih susah, atau anggapan bahwa mereka yang bunuh diri adalah orang yang lemah.

Apakah benar begitu ?

Yuk simak penjelasannya dulu ya..

Fakta tentang Bunuh Diri

sudut pandang psikologis tentang bunuh diri

Pikiran atau upaya bunuh diri merupakan salah satu karakteristik orang yang mengalami depresi loh, hal ini tertulis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM). Depresi juga dikaitkan dengan adanya pikiran atau keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, jika ada orang yang menderita skizofrenia atau orang dengan penyalahgunaan zat yang memiliki keinginan untuk bunuh diri maka biasanya mereka juga didiagnosa mengalami depresi. Oleh karena itu, orang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri dapat dikatakan mengalami gangguan mental, karena perilaku menyakiti diri sendiri itu merupakan salah satu ciri dari beberapa gangguan mental yang ada.

Bunuh diri yang dilakukan oleh perempuan biasanya dengan tingkat kefatalan yang rendah seperti meminum pil atau memotong urat nadi, sedangkan pada laki-laki biasanya lebih keras seperti menggunakan senjata atau melompat dari gedung yang tinggi.

Apa sih yang Membuat Mereka Melakukan Hal Berbahaya Itu ?

Pada perempuan, biasanya mereka melakukan percobaan bunuh diri adalah sebagai bentuk mengharapkan pertolongan (cry for help). Namun pada laki-laki mereka mengharapkan kematian karena adanya rasa putus asa yang tak dapat dibendung lagi.

Berbagai motif untuk melakukan tindakan bunuh diri

  • Adanya agresifitas yang ditujukan ke diri sendiri
  • Ingin melakukan pembalasan yang bertujuan untuk menimbulkan rasa bersalah dalam diri orang lain
  • Upaya untuk mengharapkan cinta dari orang lain
  • Upaya untuk menyingkirkan perasaan yang tidak dapat diterima
  • Keinginan untuk bertemu dengan orang yang dicintai yang telah meninggal
  • Ingin lari dari stress, kehancuran, rasa sakit, atau perasaan hampa.

Sudut Pandang Psikologi dan Sosiologi tentang Bunuh Diri

Menurut perspektif psikologi sosial dan kepribadian, tindakan bunuh diri dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat untuk lari dari masalah yang membuat mereka merasakan sakit secara psikologis, seperti kegagalan yang telah dilalui, kurang mendapatkan apresiasi dan dukungan sosial dari orang-orang terdekat, atau menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Memilih untuk mengakhiri hidup merupakan upaya untuk melupakan kenyataan tersebut. Bagi mereka, kematian lebih dapat ditoleransi dari pada terus menerus hidup dengan rasa sakit dan berbagai kekurangan yang dimiliki.

Emile Durkheim, seorang sosiolog terkenal menganalisis terkait banyaknya peristiwa bunuh diri. kemudian ia membedakan tiga jenis bunuh diri yaitu :

  • Bunuh diri egostik

Dilakukan oleh mereka yang kurang memiliki keterikatan dengan keluarga, masyarakat, atau komunitas. Mereka cenderung merasa asing dari lingkungannya, sehingga kurang memiliki peran di kehidupan bermasyarakat.

  • Bunuh diri altruistik

Dilakukan oleh mereka yang memiliki respon terhadap tuntutan sosial. Ia cenderung mengorbankan dirinya demi suatu kelompok tertentu.

  • Bunuh diri anomik

Dilakukan karena adanya perubahan secara mendadak dalam kehidupan bermasyarakat salah satu contohnya yaitu bencana alam, sehingga menyebabkan gangguan pasca trauma dan ketidakseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa mereka yang memiliki keinginan untuk bunuh diri, bukanlah mereka yang baru sekali atau dua kali merasakan penderitaan. Mereka telah melalui banyak peristiwa menyakitkan dalam hidupnya. Peristiwa yang tidak mampu membuat mereka bangkit layaknya orang dengan mental yang sehat. Mereka memiliki pemikiran bahwa masalah yang mereka hadapi lebih besar dari pada suatu kematian. Sehingga mereka lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Upaya Mencegah Tindakan Bunuh Diri

Untuk mencegah perilaku bunuh diri, salah satunya adalah mengenali gangguan mental yang mendasari orang tersebut. Misalnya, jika ia mengalami depresi ia dapat melakukan terapi untuk mengubah pola pikirnya yang negatif menjadi lebih positif dan proporsional. Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Mereka yang memiliki keinginan untuk bunuh diri, sangat membutuhkan bantuan kita. Kita dapat melakukan hal yang positif, seperti mendengarkan tanpa menghakimi, membantu sebisa kita, serta menghubungkan mereka pada tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.

Pesan untuk seluruh Sobat Minfull.. perlu bagi aku, kamu, dan kita semua menanamkan dalam pikiran bahwa kita adalah manusia yang berharga. Berusahalah untuk fokus dengan kelebihan yang kita miliki dan kembangkan kelebihan itu. Juga fokus pada hal positif dari diri dan lingkungan sekitar. Hal tersebut mungkin terlihat sederhana, namun dapat membantu kita untuk tetap memiliki mental yang sehat.

Semoga kita selalu dalam keadaan sehat, baik itu sehat fisik maupun sehat mental.

 

Author: Wara Olty Namzah A, S.PSi – Co Founder  (saat ini tengah menyelesaikan studi Master Peminatan Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental)

Editor: JihanMaw

 

 

Referensi:

American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder.

Davison, G. C. (2018). Psikologi Abnormal. Rajawali Pers.

Nevid, R. & Greene. (2018). Psikologi Abnormal. Jakarta. Rajawali Pers.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *