membesarkan gen Z
Keluarga

4 Hal Yang Harus Diketahui Orangtua Dalam Membesarkan Gen Z

Melansir dari sebuah buku berjudul Parenting 4.0 yang ditulis oleh R. D. Asti, seorang pemerhati parenting sekaligus juga seorang penulis yang berfokus di genre self improvement, disebutkan bahwa :

Anak-anak Anda hidup di masa yang berbeda. Tetapi imbalan berupa perasaan bahagia dan sukses di tempat kerja juga imbalan yang akan Anda dapatkan sebagai orangtua. Ketika Gen Z memasuki dunia kerja, Anda dapat berbagi pengetahuan Anda dengan mereka, mengenali perbedaan generasi dan membantu mereka menetapkan tujuan hidup yang dapat mereka capai dan banggakan.

Terlepas dari kenyataan bahwa anak-anak selalu membuat orantua susah tidur dan menambah uban karena stres, Gen Z tidak tumbuh secepat anak-anak tahun 1980-an dan 90-an. Ketika mereka masuk ke dunia orang dewasa, gen Z tidak akan bergerak atau berinisiatif kecuali Ibu dan Ayahnya membimbing mereka mengambil peluang untuk mengembangkan sayap.

Dengan kata lain, gen Z harus didorong dari tempatnya yang nyaman dengan penuh cinta dan dengan pandangan ke masa depan mereka. Orangtua dapat mengolah “adultism” dengan menerapkan 4 prinsip berikut yang harus diketahui orangtua dalam membesarkan gen Z :

1. Setiap Anak Layak Mendapatkan Bimbingan

Generasi Z mungkin selama ini berperilaku dengan cara berbeda, tetapi sesungguhnya mereka sedang mempertahankan kebutuhan manusia yang sama dengan yang kita semua lakukan pada usia mereka.

Persyaratan besar bagi mereka adalah memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi minat mereka, terutama yang dapat mengarah ke jalur karir.

2. Generasi Z Mampu Mengambil Lebih Banyak Tanggung Jawab

Meskipun Gen Z tidak begitu akrab seperti kakak-kakak Millenialnya, mereka menjalani kehidupan yang agak terlindung.

Orangtua, yang dipenuhi rasa khawatir bahwa dunia itu berbahaya, telah menanamkan pada anak-anak mereka keinginan untuk bermain dengan aman. Tentu saja, ini positif ketika mempertimbangkan bahwa generasi Z mampu mengatakan TIDAK pada narkoba, tetapi di sisi lain, orangtua menghilangkan tanggungjawab orang dewasa dari dunia anak.

Oleh karena itu orangtua perlu untuk memperkenalkan tugas baru secara sistematis kepada anak-anak pra remaja dan remaja, seperti meminta mereka untuk menelepon layanan pesan antar dari suatu restoran, daripada menggunakan aplikasi pesan makanan online. 

Simple ya? Tapi ada bedanya lho!

Atau bisa juga dengan menegosiasikan kesepakatan tentang barang yang ingin mereka beli. Tugas-tugas ini mungkin tidak tampak seperti mengubah dunia, tetapi memiliki efek kumulatif pada kemampuan anak untuk mengembangkan karir dan akal sehat.

3. Gen Z Harus Tetap Memiliki Akses ke Teknologi

Banyak orangtua yang kemudian membatasi akses ke teknologi sama sekali, bahkan tidak mengizinkan anaknya untuk masuk ke dalamnya hingga usia 16 tahun. Ada lho yang seperti ini.

Lalu apakah Anda termasuk orangtua yang sering mengancam gen Z dengan menghapus semua teknologi ketika dia tidak terlibat dalam percakapan sederhana? Atau tidak mau menuruti perintah Anda? Sebenarnya itu hal yang benar, namun tidak realistis dan tidak pula bermanfaat.

Studi menunjukkan bahwa akses teknologi selama satu dua jam sehari, termasuk gim, tidak akan merusak pikiran anak-anak. Lebih dari itu, barulah menjadi masalah.

Daripada mengancam gen Z agar tidak menggunakan ponsel, berikan mereka kegiatan yang membutuhkan perhatian penuh. Seperti olahraga atau menjadi sukarelawan di panti asuhan.

Gagasan ini tidak menyangkal keberadaan teknologi. Tapi bisa mengajarkan anak-anak untuk menggunakannya dengan cara yang benar dan bijak. Mereka juga akan belajar memanfaatkan waktu sehingga mereka tidak melulu terikat pada gadget.

4. Gen Z Berhasil Merasakan Kegagalan Untuk Memahami Kesuksesan

Semua orangtua ingin melindungi anak-anaknya dari kesulitan. Tetapi kegagalan selalu membawa pelajaran berharga. Ibu dan Ayah milenial cenderung memainkan peran sebagai orangtua helikopter. Seperti apakah itu?

Yaitu memback-up putra dan putri mereka dari tekanan sosial dan emosional. Ini merugikan anak-anak lho! Selain itu anak-anak gen Z juga memang harus belajar gagal secara benar.

Anggota generasi Z bersifat pragmatis dan praktis. Mereka memahami konsep menang dan juga kalah. Pada saat yang sama, mereka mungkin masih terlalu mengandalkan orangtua untuk “menyelamatkan” mereka ketika melakukan kesalahan. Anda mungkin tidak suka melihat anak Anda gagal, tetapi belajar bangkit sendiri dapat membuat mereka lebih tangguh.

Jadi clear ya? Jangan pernah membiarkan anak untuk terus berhasil dan tidak pernah merasakan kecewa, rasa sakit karena gagal, dan hal yang semisal. Dunia ini rumit, terjal jalannya, dan sangat mustahil dilalui tanpa permasalahan. Kegagalan dan rasa sakit itulah yang akan mendidik anak-anak kita agar bisa melalui segala permasalahan di dunia ini dengan tangguh dan berani.

Mengutip dari Kak R.D Asti sebagai penutup artikel kali ini:

“Anak tidak dilahirkan dengan buku panduan. Orangtua harus mencari tahu bagaimana anak-anak mereka berdasarkan apa yang mereka ketahui. Memiliki pemahaman yang lebih baik tentang generasi Z dapat membantu Ibu dan Ayah membina hubungan yang lebih baik dengan generasi yang muncul dari individu yang bersemangat, positif dan mempesona.”

Semoga artikel ini bermanfaat dan semangat untuk terus mendidik dan membesarkan gen Z dengan sepenuh hati.

 

 

4 Comments

  • Avi

    Iyaaa Kak. Anak Gen Z emang lebih dikasih tanggung jawab agar di masa depan dia lebih bertanggung jawab. Misalnya dengan dikasih tugas rumah (cuci piring, nyapu, dll). Jangan dibiarkan males aja.

  • Yonal Regen

    Mendidik dan membesarkan anak itu memang sangat berdinamika sekali, ya. Kita harus terus belajar dan update informasi tentang parenting agar dapat beradaptasi dengan pola pengasuhan zaman now dengan tetap memperhatikan kebutuhan berdasarkan karakter anak kita

  • Indra

    Anak sekarang ngebimbingnya gampang2 susah. Soalnya pengaruh sosmed dan dunia pergaulannya. Jadi orang tua perlu pendekatan yang tepat dalam mendidik anak gen Z

  • Yusriah Ismail

    Hmm…bener juga mba Ji, ada gen z yang maunya disuapin terus…mungkin secara inisiatif kayak kurang banget, tapi mungkin pada dasarnya lingkungan yang bikin kayak gitu dan harus dibikin nyaman dulu sama lingkungan yg baru..agak repot tapi harus tetep di push hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *