perjalanan menemukan Ikigai
Self Development

Perjalanan Menemukan Ikigai dan Hal-Hal Yang Kita Pelajari Darinya

Tulisan tentang “Perjalanan Menemukan Ikigai” ini sebenarnya terilhami dari kisah yang ditulis oleh Fellexandro Ruby dalam bukunya, You Do You. Lalu saya tergelitik untuk menuliskannya juga dalam themeaningfull.com, di mana hal ini sangat erat kaitannya dengan proses menemukan jati diri yang sudah saya bahas beberapa waktu lalu.

Setelah kita tahu manfaat Ikigai dalam menjalani hidup, kini saya akan berbagi tentang bagaimana perjalanan seorang Fellexandro Ruby yang sukses meraih 1 milliar rupiah pertamanya di usia yang masih sangat muda, tentu saja dengan usahanya sendiri. Kenapa Fellexandro Ruby? Karena dari beliau lah saya mengenal Ikigai dan mencoba untuk membuka pikiran dan menjalaninya sedikit demi sedikit.

Cerita Perjalanan Menemukan Ikigai Dari Fellexandro Ruby

Siapa nih di antara teman-teman yang sudah menapaki perjalanan karir selama lebih dari 10 tahun? Kalau ada, tulisan ini bisa menjadi penguatmu. Namun jika banyak yang belum, bisa saja tulisan ini juga menjadi penyemangatmu untuk menjalani kehidupan yang diberikan oleh Allah saat ini.

Nah, kalau kita perhatikan dan coba kita ingat, hampir semua buku best seller yang kita baca selalu membahas soal passion strength. Ada yang mengena, ada pula yang tidak. Yang mengena pun biasanya langsung kita praktikkan, namun ada pula yang akhirnya hanya ngawang.

Dari Fellexandro Ruby saya belajar tentang konsep praktis dan mengena dalam kehidupan sehari-hari saya. Yakni :

1. Jangan Hanya Fokus di Bidang (Kata Benda), Coba Ulik Aktivitasnya (Kata Kerja)

Misalnya saja dulu saya suka banget bermain game online, dan sekarang menjadi salah satu industri yang tidak pernah surut sejak pandemi. Lalu apakah saya harus jadi seorang gamers dan mencari pekerjaan yang mau membayar gamers? 

Jangan berhenti di kata bendanya ya (game) tapi coba ulik kata kerjanya. Hal ini akan menyadarkan kita bahwa secinta-cintanya kita dengan sebuah bidang, yang kita kerjakan sehari-hari adalah aktivitasnya (kata kerjanya). Jadi, jangan buru-buru.

Senang sepak bola? Apakah harus jadi atlet? Tidak kan? Belum tentu.

Senang akuntansi, lalu bekerja di salah satu dari empat firma terbesar dunia? Belum tentu juga kan?

Kenapa tidak menjadi akuntan di klub sepak bola favorit? Saya suka game online, kenapa tidak menulis dan membuat konten tentang game saja? Saya tidak harus jadi atlet e-sport kan? Menulis yang menjadi hobi sekaligus kecintaan saya digabungkan dengan game, brilian kan? Kalau bisa mendapatkan dua-duanya, kenapa settle dengan satu saja?

2. Tanda-tanda ‘what you love’ Bisa Menjadi ‘what you are good at’

Tidak ada yang tahu 100% kalau sebuah passion yang baru dicoba bisa menjadi sesuatu yang bertahan untuk jangka panjang. Tapi kita bisa melihat tanda-tanda apakah potensinya besar atau tidak dengan cara :

  • Kamu cepat mengerti dan kecepatan belajarmu lebih cepat dari biasanya.
  • Ketika kamu membagikan hasil karya dari passionmu tersebut, banyak yang mengapresiasinya, baik dalam bentuk pujian maupun penghargaan (entah itu dalam bentuk project atau ganjaran dalam bentuk uang).
  • Kamu bisa menghasilkan karya atau memberikan performa yang hampir sama dengan ahli yang sudah lebih dulu di bidangnya.

Tiga metriks inilah yang menemani Fellexandro Ruby menemukan Ikigainya dan bereksperimen dengan passionnya sebagai food photographer. 

3. Ikigai Bisa Lebih Dari Satu, Berubah, Bergeser, Bertumbuh, dan Juga Surut atau Hilang

Ada ngga sih yang cita-citanya sekarang sangat jauh berbeda dengan cita-cita yang diimpikan saat masih kecil? Tentu banyak ya? Apa pun jawaban teman-teman, kemungkinan sudah berubah bukan?

Lalu coba kita cek lagi, dulu kuliah jurusan apa dan sekarang kerja sebagai apa? Kalau berbeda, slow down, kalem aja. 

Sekitar 70% responden dari survey yang pernah diadakan oleh Fellexandro Ruby, juga mengalami hal yang sama. Hanya 30% yang karirnya linear dari kuliah yang ia ambil sampai bekerja. Nah, kalau angkanya sudah seperti itu, maka sah-sah saja jika Ikigai berubah, bertumbuh, bergeser, atau bahkan surut hingga hilang dari diri kita.

Apalagi saat pandemi kemarin. Ada berapa banyak profesi yang terpaksa harus memikirkan ulang apa Ikigai mereka di saat-saat terburuk seperti tahun-tahun pandemi kemarin. Karena memang adakalanya situasi lah yang memaksa kita untuk berubah, and thats normal. 

Perjalanan menemukan Ikigai seperti yang telah dikisahkan dari bukunya Fellexandro Ruby di atas dapat teman-teman sinkronisasikan dengan Diagram Ikigai yang pernah saya bahas di artikel sebelum ini.

menemukan Ikigai

 

Hal-Hal Yang Bisa Kita Pelajari dari Perjalanan Menemukan Ikigai 

Dua hal yang hendaknya bisa menjadi catatan untuk kita semua ketika memulai perjalanan menemukan Ikigai, menemukan apa yang menjadi passion dan ketertarikan, serta kebahagiaan sejati ketika dewasa nanti :

  • What you can be paid for
  • Bereksperimen mencari what you love dan what the world needs

Adanya skill yang kita latih dan semakin tajam, kita bisa merasakan makin banyak ‘what the world needs’ dan ‘what you can be paid for’.

Apakah tahun-tahun kita bereksperimen di usia muda menjadi terbuang percuma? Tentu tidak. Kalau tidak ada tahun-tahun eksperimen tersebut, mungkin kita tidak akan punya skillset dan pengalaman untuk memulai hal baru yang sesuai dengan passion kita.

Kata Steve Jobs :

Thats life. You cant connect the dots looking forward. You can only connect the dots looking backward.

Nantinya, tahun demi tahun yang kamu lalui akan jadi selaras dan menjadi satu kesatuan yang indah.

Untuk teman-teman yang masih di 3-5 tahun pertama karir, coba deh connect the dots. Coba bedah skill dan pengalaman apa saja yang sudah teman-teman kumpulkan sampai saat ini, dan kira-kira untuk berada di role/kerjaan idaman kita di masa depan, skill dan pengalaman apa saja yang kita perlukan untuk sampai di sana?

Yuk coba gali dan bagikan pengalamanmu menemukan Ikigai di kolom komentar.

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *