semua bergantung pada pikiranmu
Edukasi

Benarkah Semua Bergantung Pada Pikiranmu? Simak Cerita Dari Jules Evans Ini Yuk!

Ada hal-hal yang seringkali tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Padahal kita sudah berusaha maksimal. Kata orang, kalau kita berpikir positif, biasanya semesta akan mengamini itu, lalu terjadilah hal-hal positif tersebut, dan sebaliknya.

Oleh karena itu banyak orang juga mengatakan, “ngomong yang baik-baik aja, agar semuanya jadi baik-baik aja”

Benarkah demikian? Jules Evans, pendiri The London Philosophy Club dan juga Direktur Pusat Studi The History of Emotions di Queen Mary, University of London menuliskan jawabannya pada sebuah bukunya.

Jadi, Benarkah Semua Bergantung Pada Pikiranmu?

Ada keberatan nyata atas jenis terapi yang biasanya orang-orang katakan sebagai terapi untuk berpikir positif. Nyatanya, benarkah gangguan emosional ini selalu terjadi akibat prinsip kita sendiri? Bukankah hal itu kadang tidak disebabkan oleh prinsip kita, melainkan situasi buruk yang kita alami?

Berfokus terlalu sempit pada pemikiran seseorang bisa saja mengesampingkan tekanan lingkungan yang membahayakannya.

Alasan bahwa hanya 3 persen pasukan Inggris di Irak yang ditemukan menderita gangguan stres pasca-trauma, berkebalikan dengan sekitar 17 persen pasukan Amerika, bukan semata karena pasukan Amerika menganut prinsip yang kurang resilien. Mungkin karena mereka menjalani pertempuran yang terburuk, dan bertugas dua kali lebih lama daripada sekutunya itu.

Walaupun begitu, bahkan dalam situasi yang benar-benar gawat seperti perang Irak, kita masih punya kendali atas situasi diri sendiri. Yakni: respon kita terhadapnya.

Kita masih bisa melewati situasi terburuk dengan berfokus pada hal yang dapat dikendalikan, tanpa menjadi gila karena hal yang tidak dapat segera dikendalikan.

Tentu teman-teman sudah sering mendengar soal Stoik ya? Inilah yang diajarkan oleh para Epictetus sebagai filsuf: perbaiki apa yang bisa diperbaiki, dan tidak akan mengeluh atas apa yang tidak bisa diubah.

Hidup jadi tentram dan jauh dari overthinking bukan?

Jadi benar, semua bergantung pada pikiranmu.

Orang-orang yang mempraktikkan Stoikisme ini juga mengklaim bahwa : “jika dapat menggunakan akal untuk mengatasi keterikatan atau keengganan pada kondisi luar, kita tak akan getar dalam keadaan apa pun. Sekalipun negara kita ditaklukkan dan seorang tiran menyiksa kita dengan keji.”

Tentu saja kita tidak akan berharap seekstrim itu.

Bagaimana Caranya Agar Bisa Tetap Tenang dan Berjiwa Kuat?

Kalau benar semua bergantung pada pikiranmu, lalu bagaimana caranya agar kita bisa tetap tenang di tengah ketidakpastian dan tekanan yang begitu besar? Tentu kita tidak bisa mengelak bahwa kekhawatiran selalu datang, itu wajar kan? Karena kita memang manusia.

Bagaimana caranya bisa bertahan dan selalu berpikir untuk tetap tenang sedangkan kemampuan kita untuk mengendalikan takdir itu sendiri sangat terbatas? Bagaimana kita bisa berharap untuk tetap menjadi penguasa jiwa sendiri?

Jawabannya adalah dengan mengingatkan diri sendiri terus menerus tentang apa yang dapat dikendalikan dan tidak. Namun bukan berarti pasrah atas apa yang sebenarnya bisa kita ubah/kendalikan.

Coba kita rinci saja, apa-apa yang di luar kendali kita:

Tubuh kita

Harta kita

Reputasi kita

Pekerjaan kita

Orang tua kita

Teman-teman kita

Rekan kerja kita

Atasan kita

Cuaca

Ekonomi

Masa lalu

Masa depan

Fakta bahwa kita akan mati

Namun tentu saja beberapa dari daftar di atas kadang dapat kita kendalikan. Pada kadar tertentu, tubuh kita dapat dikendalikan dengan makan makanan yang sehat, berolahraga, bahkan bisa menemui dokter ketika sakit. Namun fakta bahwa tubuh manusia sebenarnya bukan milik kita, akan tetapi milik Sang Pencipta, menjadi hal yang menenangkan ketika tahu bahwa semua makhluk hidup akan mati.

Lalu apa yang bisa kita kendalikan? 

Prinsip kita

Hanya itu.

Kita harus belajar untuk mengendalikan itu, mengasahnya, hingga tak ada seorang pun yang bisa mencuci otak kita, memengaruhi kita, ketika kita tahu cara menolaknya.

Tidak akan ada yang bisa menghancurkan emosi kita jika tahu bagaimana mengendalikannya dan membuatnya tunduk di bawah kendali kita.

Jangan sampai merasa tidak berdaya, lemah, marah, bersalah, cemas, bahkan hingga depresi karena kita tidak bisa mengendalikan apa-apa yang di luar kendali kita.

So, sudah tahu ya solusinya? Semua bergantung pada pikiranmu.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *