mengatasi penderitaan karena pendapat orang lain
Edukasi

Mengatasi Penderitaan Karena Pendapat Orang Lain

Kok kamu gendutan? Ngga pernah jaga makan ya?

Kapan nihh jadi ber-empat? Udah waktunya punya adik tuh anakmu!

Ah kalau kamu mah ambisius banget, mana mau kerja bareng sama kita-kita yang gini-gini aja?

Ada yang pernah punya pengalaman menelan pendapat orang lain semacam hal-hal di atas lalu berujung menderita? Kalau pernah, ngga apa-apa, MinFull pikir semua orang pernah mengalaminya.

Meskipun tidak menderita, setidaknya mungkin merasa kesal, kalimat-kalimat itu akhirnya menjadi pikiran yang menyita waktu produktif kita.

Menderita itu tidak salah tentu saja, karena semuanya adalah bagian dari dinamika kehidupan yang tidak akan bisa kita hindari. Namun bagaimana kita menghadapinya dengan anggun, menyelesaikannya dengan baik, sehingga kita tetap sehat jiwa dan raga adalah pilihan tersendiri.

Bagaimana caranya? Yuk simak terlebih dahulu sebelum mencari tahu bagaimana cara mengatasi penderitaan karena pendapat orang lain.

Kok Bisa Kita Menderita Karena Orang Lain?

Epictetus berpendapat bahwa banyak penderitaan timbul karena dua kesalahan kita sendiri lho. Apa itu?

  1. Kita berusaha berdaulat penuh atas sesuatu di Zona yang ada di luar kendali kita. Kemudian ketika kita gagal mengendalikannya, kita merasa tidak berdaya, lemah, marah, bersalah, cemas, bahkan depresi.
  2. Kita tidak bertanggung jawab atas Zona yang ada di dalam kendali kita. Pikiran dan prinsip kita, yang memang dapat dikendalikan. Malah, kita menyalahkan pikiran sendiri terkait dunia luar seperti orang tua, teman-teman, ekonomi, lingkungan, sistem kelas, dan kemudian kita kembali merasa getir, tak berkutik, merasa menjadi korban atau bahkan kemudian jadi korban yang sesungguhnya, lepas kendali, dan bergantung pada keadaan luar.

Banyak penyakit jiwa dan gangguan emosi yang diakibatkan oleh dua kesalahan fatal ini.

Masih menurut Epictetus :

Seseorang yang menderita kecemasan sosial, misalnya menjadi terobsesi akan pendapat orang lain. Mereka gugup, paranoia, marah, dan tidak berdaya, hanya karena terlalu berfokus pada pendapat orang lain, yang ada di luar kendali kita. 

Mengatasi Penderitaan Karena Pendapat Orang Lain

Memang benar, kalau kita tetap berpegang dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, tak akan ada jaminan seseorang akan menyukai kita. Benar.

Namun, kita bisa belajar menerima diri sendiri walaupun orang lain tidak. Sama halnya dengan seorang penderita depresi yang sering menyalahkan faktor-faktor luar untuk suasana hatinya yang buruk. Mereka menyalahkan masa lalu, menyalahkan orang tua, rekan kerja, ekonomi, atau politik dunia bahkan!

Jangan gitu yaaa. Kita tidak boleh terus mengelak dari tanggung jawab atas prinsip dan perasaan kita sendiri. Hal ini justru menjadikan kita semakin tak berdaya lho, bukannya malah makin kuat. Kita justru akan terperangkap sehingga akan semakin tak berdaya, lepas kendali, dan depresi.

Resiliensi dan kesehatan jiwa tumbuh dari fokus pada apa yang ada di bawah kendali kita dalam satu situasi, tanpa menjadikan diri kita gila karena hal-hal di luar kendali kita.

Ketika kamu berada dalam situasi tidak menyenangkan dalam kehidupan pribadi, berbuat sebisanya saja untuk mengubah keadaan. Namun, jika pekerjaanmu berdampak negatif, usahakan berhenti. Jangan pula menyalahkan diri atas hal-hal di luar kendali kita.

Apa yang kita alami memang bukan kesalahan kita, tapi cara kita memandangnya adalah tanggung jawab kita.

Semoga tulisan ini bermanfaat! Tentang bagaimana kita tidak boleh menggunakan orang lain sebagai dalih atas satu hal yang kita lakukan, akan MinFull bahas di artikel selanjutnya. Nantikan ya!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *