cara mengidentifikasi luka batin
Lifestyle

Cara Mengidentifikasi Luka Batin Dari Regis Machdy

Cara mengidentifikasi luka batin ini sebenarnya dilakukan untuk menyembuhkannya. Karena kalau tidak ada identifikasi bagaimana caranya kita tahu mana luka yang akan disembuhkan?

Berikut adalah cara mengidentifikasi luka batin yang saya dapatkan dari Regis Machdy, dari bukunya Yang Belum Usai terbitan Pijar Psikologi, kiranya teman-teman bisa terbuka wawasannya untuk mengidentifikasi luka batin yang ada lewat tulisan ini.

Cara Mengidentifikasi Luka Batin dalam Dirimu

1. Sadari pola yang berulang dalam dirimu 

Seperti contoh pada masalah unfinished business tentang orang yang selalu resign setiap kali dipromosikan jabatan. Apakah kita memiliki pola yang sejenis seperti itu dalam hidup? Apakah kita selalu dipertemukan dengan orang-orang yang sama menyebalkannya dengan kejadian di masa lalu?

Apakah kita selalu terjebak dengan lingkaran pertemanan yang menbosankan? Apakah kita selalu mendapatkan pasangan yang memanfaatkan diri kita atau bahkan bersikap abusive terhadap diri kita yang berharga?

Apakah teman-teman selalu lari dari masalah yang sama?

Kata Regis Machdy, yuk segera luangkan waktu untuk merenungkan pola-pola yang berulang itu. Akui dan tuliskan pengalaman-pengalaman tersebut dalam sebuah catatan. Proses tersebut dapat membantu kita untuk menemukan secercah jawaban dari kegundahan lho.

Sehingga saat kita menemui seorang profesional (psikolog) kita jadi lebih tahu masalah apa yang ada dalam diri kita dan apa yang benar-benar perlu diselesaikan.

2. Sadari kalimat yang kamu gunakan saat marah

“Semuanya pasti salahku!”

“Memangnya kamu paham sama aku?”

“Aku muak sama hidup yang kayak gini!”

“Kamu kenapa sih ngga pernah dengerin aku?”

Ketika marah, seringkali kita mengeluarkan kalimat-kalimat terdalam dalam otak kita. Kata-kata yang kita gunakan saat marah seringkali merupakan petunjuk atas masalah-masalah yang kita pendam.

Jika kita berulang kali menggunakan kata yang sama (baik disampaikan maupun dipendam dalam hati) pada saat marah, bisa jadi hal itulah yang merupakan inti dari luka batin kita.

Ketika kita mengatakan capek dengan pasangan kita, bisa jadi kita melihat pasangan kita melihat kebiasaan buruk yang tak pernah bisa ia ubah. Kita peduli padanya, kita sayang padanya, kita ingin orang itu berubah, tapi kita tak kuasa mengubahnya.

Luka batin kita mungkin adalah rasa kecewa karena tak mampu mengubah mereka. Atau lebih jauh lagi, luka batin bisa jadi merupakan kekecewaan kita pada diri sendiri.

3. Kata-kata apa yang sering kamu gunakan saat mengeluh?

“Kok aku ngga punya waktu ya?”

“Hidup aku kayak gak ada maknanya..”

“Semuanya selalu aku yang urus!”

Jika kita sering ngedumel nih dalam hati, bisa jadi deep down di dalam hati kita merasa menumpuk beban yang banyak untuk membantu menyelesaikan pekerjaan semua orang. Kita merasa semua orang menumpahkan bebannya kepada kita. Kita juga merasa harus selalu bertanggung jawab terhadap segala hal di sekitar dan orang-orang di sekeliling kita.

Jika benar itu yang kita rasakan, dari manakah perasaan itu berasal? Pengalaman apa yang memungkinkan kita meyakini bahwa segala hal adalah tanggung jawab kita? Apakah mungkin karena kita sering ditinggal orang tua serta adik kita?

Atau mungkin kita pernah lalai dalam mengemban tanggung jawab dan mengakibatkan kesalahan fatal terjadi? Sehingga kita mengompensasinya dengan berusaha bertanggung jawab terhadap semua hal?

Ada banyak sekali kemungkinan jawaban yang bisa muncul. Akan ada banyak sekali memori yang hadir kembali ke kepala kita. Terima memori itu dan catat dalam bukumu agar ketika kamu mengunjungi psikolog atau psikiater, kamu sudah memiliki banyak data untuk dijadikan bahan pertimbangan psikolog dalam memberikan konseling yang tepat untukmu.

4. Coba akui, siapa orang yang paling kamu benci atau paling membuatmu sakit hati?

Bagi sebagian orang, cara ini mudah dilakukan karena membayangkan sosok yang menyakiti kita sangat mudah. Bahkan kadang dengan mengingatnya saja kita bisa sangat kesal dan marah.

Hal itu berguna bagi kita untuk mengidentifikasi rasa sakit itu muncul. Kata atau perilaku apa yang menyebabkan rasa sakit itu muncul. Jika orang lain yang mengatakannya, apakah kita akan sesakit itu juga? Apa sesungguhnya yang membuat kita terluka?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas tentu tidak mudah. Namun percayalah jika kita mampu melakukannya, akan ada banyak interpretasi baru atas luka batin yang kita miliki. Jangan sampai stres dan dipendam terus yaaa!

Namun jika melakukan hal-hal yang disarankan di atas, yakni cara mengidentifikasi luka batin itu terlalu berat untuk dilakukan sendiri, segera minta bantu psikolog atau psikiater ya! Bisa juga menghubungi MinFull untuk sesi konseling terlebih dahulu 🙂

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

 

Referensi:

Yang Belum Usai, by Regis Machdy dan Pijar Psikologi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *